Si Antik dari Tegal

Naik kereta api… tut…tut…tut…

Siapa hendak turut…

Ke Bandung… Surabaya…

Bolehlah naik dengan percuma…

Ayo temanku lekas naik

Keretaku tak berhenti lama

– At Mahmud

Bagian Dalam Pabrik

Sepenggal lagu yang dulu biasa dinyanyikan oleh anak-anak ini mengawali cerita sebuah tempat.

Cerita dari sebuah lokasi di sisi terbarat bagian tengah Pulau Jawa, yaitu Tegal.

Adalah sebuah Pabrik Gula Pangkah yang terletak berseberangan dengan Kantor Taman Agrowisata Kereta Antik. Kedua gedung tua tersebut, dibangun bersamaan pada tahun 1832.

Dahulu kala, pabrik gula ini dioperasikan oleh Belanda, hingga berpindah ke tangan Indonesia pada tahun 1946, dan terus beroperasi hingga sekarang. Tidak banyak yang berubah pada bentuk bangunan pabrik, begitupun pada mesin-mesinnya.

Ketika musim panen tebu tiba, kereta yang sudah berumur puluhan tahun itu akan kembali dioperasikan untuk mengangkut tebu dari perkebunan ke pabrik. Pada saat itulah, ritual “Temanten Tebu” akan dilaksanakan. Ritual yang merupakan ekspresi syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa ini diwakilkan dengan arak-arakan temanten (pengantin) yang berwujud boneka, yang menjadi simbol persatuan antara petani dan pabrik gula dalam masa panen raya dan giling.

Di luar masa giling tebu yang hanya terjadi sekali dalam setahun, si lokomotif uap masih menunjukkan keperkasaannya dengan membawa pengunjung berkeliling perkebunan tebu.

Demi menjaga kondisi fisiknya, mesin para lokomotif harus terus dijaga. Karena itulah mereka bergantian keluar masuk bengkel, yang terletak berdekatan dengan pabrik.  Melihat ke dalam, terdapat belasan gerbong kereta dan lokomotif uap. Menanti untuk mengepulkan asapnya kembali…

One Comment Add yours

  1. Mas Acoo says:

    Asik.asik.asik tuk.tuk.tuk hehehe

    Like

Leave a comment